Kabupaten Merangin terbentuk pada 5 Agustus 1965 tahun silam adalah pengembangan dari wilayah yang dulu kita kenal dengan sebutan Kabupaten SARKO ( Sarolangun Bangko ) sesuai dengan Undang-Undang No 54 Tahun 1999 yang beribukota di Bangko.
SEJARAH PERJUANGAN SARKO
- Sistem Pemerintahan
- Nama - Nama Yang Pernah Menjabat Sebagai Pasirah Kepala Marga Batin XI di Ulu
- Sejarah Perjuangan Rakyat Bangko sebelum Kemerdekaan
- Sejarah Perjuangan Rakyat Bangko Setelah Kemerdekaan
- Masuknya PRRI ke Bangko
- Perlawanan Terhadap PRRI
- Penumpasan Terhadap PRRI
SISTEM PEMERINTAHAN
Semenjak
Proklamasi kemerdekaan Indonesia tahun 1945 di Marga Batin IX di Ulu dikepalai
oleh seorang Pasirah kepala marga. Di
dalam menjalankan tugasnya pasirah kepala Marga di dampingi oleh Dewan
Pemerintah Marga (DPM).
Adapun desa-desa
yang termasuk di dalam Marga Batin IX di ulu ada 7 desa yaitu :
1.
Biuku Tanjung
2.
Bedeng Rejo (Bedeng Buai)
3.
Pulau Rengas
4.
Kungkai Jaya
5.
Pasar Bangko dan Sekitarnya
6.
Dusun Bangko
7.
Dusun Mudo
Disamping
Pasirah kepala marga yang memimpin Marga Batin IX di Ulu, di desa Marga Batin
IX di Ulu dikepalai oleh Rio. Kepala
Desa dan Mangku sebagai wakil serta di bantu oleh beberapa pembantu lainnya.
Pusat pemerintahan Marga Batin IX di Ulu berkedudukan di Pulau Rengas.
Marga
Batin IX di Ulu selain kepala Desa dan
kepala Marga ada pula pemimpin Agama yang disebut dengan Kodi atau wali hakim yang membawahi pegawai syarak yang terdiri
dari katip, imam, dan bilal.
Tugas-tugas
dari kodi adalah menyelesaikan masalah perkawinan dan perselisihan yang terjadi
di dalam rumah tangga penduduk Desa Marga Batin IX di Ulu, dan masalah lain yang
berhubungan dengan syari’ah Agama Islam.
Yang
menjadi kodi dari tahun 1945 sampai dengan tahun 1959 adalah “H. Muhammad Nuh”.
Setelah H. Muhammad
Nuh, kodi atau wali hakim di pimpin oleh “Abas Yusuf” dari tahun 1959 sampai
dengan tahun 1970.
NAMA – NAMA YANG PERNAH MENJABAT
SEBAGAI PASIRAH KEPALA MARGA BATIN IX DI ULU
Abdul
Rahman Sumodiharjo
Abdul Rahman
Sumodiharjo Pasirah adalah Kepala Marga Batin IX di Ulu yang pertama. Beliau berasal dari Pulau Rengas dan memerintah
dari tahun 1945 sampai dengan tahun 1946.
Zakaria
Kasim
Pada tahun 1946 kepemimpinan
Abdul Rahman Sumodiharjo sebagai Pasirah Kepala Marga Batin IX di Ulu
digantikan oleh Zakaria Kasim, yang juga berasal dari Pulau Rengas. Beliau
memerintah sampai dengan tahun 1957.
M.
Daud
Pada Tahun 1957
kepala Marga Batin IX di Ulu di jabat oleh M. Daud dari Pulau Rengas. M. Daud
adalah anggota dari TNI. Beliau memerintah hanya sampai tahun 1958. Pada tahun
1958 beliau meninggal dunia menjadi korban pembunuhan pemberontakan PRRI yang
masuk desa Pulau Rengas.
A.
Thalib
Pada tahun 1958
kepala Marga Batin IX di Ulu dijabat oleh A. Thalib dari Kungkai. Beliau
menggantikan M. Daud yang meninggal di masa tugasnya. A. Thalib memerintah
sampai tahun 1961.
Zainuddin
Abbas
Pada tahun 1961
sampai dengan tahun 1982 pasirah kepala Marga Batin IX dijabat oleh Zainuddin
Abbas. Beliau adalah seorang pejuang dari desa pulau rengas yang diangkat
sebagai kepala Marga Batin IX di Ulu setelah pensiun dari TNI dengan pangkat
sebagai mayor.
Setelah
dikeluarkannya undang-undang No.5 tahun 1979, penyelenggaraannya tidak lagi
menggunakan sistem Igo (sistem adat), Melainkan cara penyelenggaraannya diatur
oleh undang-undang.
Disamping Pasirah
kepala marga yang memimpin Marga Batin IX di Ulu, di desa Marga Batin IX di Ulu
dikepalai oleh Rio. Kepala Desa dan
Mangku sebagai wakil serta di bantu oleh beberapa pembantu lainnya. Pusat
pemerintahan Marga Batin IX di Ulu berkedudukan di Pulau Rengas.
Marga Batin IX di Ulu selain kepala Desa dan kepala Marga
ada pula pemimpin Agama yang disebut dengan Kodi atau wali hakim yang membawahi pegawai syarak yang terdiri
dari katip, imam, dan bilal.
Tugas-tugas dari
kodi adalah menyelesaikan masalah perkawinan dan perselisihan yang terjadi di
dalam rumah tangga penduduk Desa Marga Batin IX di Ulu, dan masalah lain yang
berhubungan dengan syari’ah Agama Islam.
Yang menjadi kodi
dari tahun 1945 sampai dengan tahun 1959 adalah “H. Muhammad Nuh”.
Setelah H. Muhammad
Nuh, kodi atau wali hakim di pimpin oleh “Abas Yusuf” dari tahun 1959 sampai
dengan tahun 1970.
SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT BANGKO
SEBELUM KEMERDEKAAN
Semenjak
Penjajahan Jepang di Indonesia yaitu pada tahun 1942, banyak para pemuda kota
bangko yang masuk menjadi anggota militer yaitu Giugun, Haiho dan Kepolisian. Para
Pemuda tersebut antara lain adalah M. Daud, M. Thambi, Zainuddin Abbas, dan Ali
Sayur yang tergabung dalam anggota Giugun dan Haiho. Dan dari kepolisian ada Salim
dan kawan-kawan.
Pada
zaman penjajahan jepang, M. Thambi pernah menjabat sebagai “Hanjo Diri” yaitu pelatih para pemuda
dalam kemiliteran. Disamping hanjo diri, beliau juga termasuk ke dalam pasukan
rahasia (intel) dari Giugun dan Haiho.
Tempat
Pusat Pelatihan berada di Pasar Bangko. Disamping melatih pasukan yang tinggal
di asrama, M. Thambi juga masuk desa untuk mengajak masyarakat desa bergabung
di haiho, terutama para pemudanya supaya giat berlatih dalam hal kemiliteran
demi mencapai kemerdekaan.
Setelah
Kemerdekaan Republik Indonesia sebagian pemuda tersebut ada yang langsung
menjadi angggota BKR, TKR, dan TNI, ada pula sebagian lainnya kembali ke
masyarakat atas kehendak hatinya sendiri.
Para
pemuda yang langsung menjadi TNI dari tahun 1945 yaitu M. Daud, Zainuddin Abbas
dan adiknya Mansyur. Sedangkan dari kepolisian yaitu Maulana.
SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT BANGKO
SESUDAH KEMERDEKAAN
Pada tahun 1945 yaitu sesudah
proklamasi kemerdekaan RI. Di Bangko terbentuk kesatuan Pemuda Rakyat Bangko,
dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang dipimpin oleh M. Thalam dan Ali
Ajad.
Adapun
tugas-tugas pemuda tersebut adalah :
-
Menyebarluaskan kepada masyarakat bahwa Indonesia
telah merdeka
-
Mempersiapkan diri untuk merampas
senjata dari tangan tentara jepang yang ada di bangko dan sekitarnya.
-
Mengumpulkan dana dari masyarakat untuk
membantu pemerintah mempertahankan kemerdekaan
Pada tahun 1947 sampai bulan desember
tahun 1949 terbentuk pula kesatuan perlawanan rakyat semesta yang bertujuan
untuk membela rakyat bangko dari kekacauan yang datang dari pihak kesatuan
perlawanan dari luar, karena mengingat letaknya kota bangko yang sangat
strategis.
Kesatuan perlawanan ini langsung
dipimpin oleh Pesirah Zakaria Kasim, dibantu oleh beberapa staf lainnya.
Kesatuan ini terbagi atas beberapa
seksi, yaitu :
-
Seksi Pertempuran
-
Seksi Perlengkapan / Konsumsi
-
Seksi Bumi Hangus / Pengrusak
-
Seksi Pengungsian
-
Seksi Propaganda / Penerangan
MASUKNYA PRRI KE KOTA BANGKO
Pada tahun 1950
terjadi pemberontakan PRRI dibawah pimpinan Letkol Ahmad Husin yang berpusat di
Padang (Sumatera Barat). Pemberontakan PRRI ini hamper terjadi di seluruh
daerah Sumatera Barat, Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan.
PRRI sampai di Bangko,
masuk dari sumatera barat. Di Bangko terjadi perlawanan yang sengit dari Tentara
Republik melawan pemberontakan PRRI. Mula-mula tentara republik mampu memukul
mundur para pemberontak tersebut sampai ke Merkeh tengah. Namun, para
pemberontak PRRI bertahan di merkeh tengah dan menyusun kekuatan untuk melawan
tentara republik. Dengan kekuatan yang baru dan senjata yang berat seperti basoka,
dan senapan mesin, maka PRRI mulai mengadakan serangan kembali terhadap tentara
republik.
Dari pemberontakan
ini PRRI berhasil sedikit demi sedikit memajukan langkahnya. Dan sebaliknya
tentara republik dengan pasukan yang tidak begitu banyak terpaksa mundur dan
kembali ke bangko. Melihat kekuatan dari tentara republik ini, para pemberontak
begitu bersemangat dan melakukan penyerangan terus menerus terhadap tentara republik.
Akhirnya tentara
republik terpaksa bersembunyi di
hutan-hutan. Saat mundur dan bersembunyi, para tentara republik tidak sempat
lagi mengambil senjata-senjata yang ada di gudang senjata tentara republik. Dan
senjata para tentara republik ayang ada di gudang senjata tersebut, dirampas
oleh para pemberontak PRRI. Dan dengan senjata-senjata rampasan inilah para
pemberontak memperkuat kedudukannya lagi.
PRRI dapat
menguasai kota bangko dan sekitarnya selama 3 bulan lamanya.
PERLAWANAN TERHADAP PRRI
Melihat
kekejaman PRRI yang tak berprikemanusiaan, dan bertindak semena-mena,
menganiaya dan merampas hak milik rakyat. Maka muncul lah amarah dan perasaan
dendam rerhadap pemberontakan PRRI tersebut.
Seluruh
rakyat mengutuk dan tidak mau menerima peraturan yang dibuat oleh PRRI yang
tidak berprikemanusiaan. Rakyat bersatu padu dengan pemerintah pusat dalam
penumpasan pemberontakan PRRI beserta ormas-ormasnya.
Pada
waktu PRRI menduduki kota bangko, para pemudanya membentuk perlawanan dengan
nama Pemuda Kesatuan Rakyat Bangko. Tujuan dari terbentuknya kesatuan keamanan
ini adalah untuk menyelamatkan kota bangko dari pemberontakan PRRI dan untuk
mengungsikan masyarakat kota bangko ke hutan-hutan supaya terhindar dari
penyiksaan dan penganiayaan PRRI yang tidak berprikemanusiaan.
Selama
PRRI menduduki kota bangko, rakyat bangko sudah tidak mau lagi bekerja sama
dengan PRRI. Karena mereka telah mengetahui bahwa aturan yang digunakan oleh
PRRI bertentangan dengan kepribadian pemuda rakyat bangko.
Melihat
Kenyataan ini, dimana para pemuda yang diharapkan oleh PRRI dapat membantu
mereka tidak mau diajak bekerja sama. Maka timbullah niat buruk dari PRRI untuk
menghancurkan SD dan membakar semua rumah-rumah penduduk.
Rencana
jahat dari PRRI ini terdengar sampai ke telinga pemuda, maka semakin
memuncaklah amarah para pemuda tersebut. Para pemuda yang tergabung dalam
kesatuan ini beserta seluruh rakyat bersatu padu dan bangkit melawan PRRI. Dengan
bersenjatakan parang, tombak, pisau, seluruh rakyat bertekat untuk
mempertahankan kota bangko dari kehancuran.
Tekat
dari rakyat kota bangko dalam mempertahankan kota bangko yaitu “lebih baik mati terkalang tanah bersama-sama
daripada kehilangan tempat teduh”.
Para
rakyat mengacungkan senjata yang ada di tangan mereka dan berteriak pada PRRI. “Kalau kalian tidak senang dengan pemerintah
pusat, mengapa SD dan rumah kami yang menjadi sasaran ?”
Melihat
massa begitu nekat, maka pihak PRRI mengurungkan niatnya dan akhirnya
terjadilah perundingan antara PRRI dengan masyarakat kota bangko. Yang menjadi
juru bicara dari masyarakat kota bangko dalam perundingan ini adalah Zainuddin
Abbas, yang pada saat itu beliau menjabat sebagai pasirah sementara
menggantikan M. Daud yang meninggal terbunuh oleh PRRI. Zainuddin Abbas
mengatakan kepada pemimpin PRRI, yaitu Husni, Ridwan, dan Muslim. “Mengapa bapak mau menghancurkan SD dan rumah
kami?”.
Mendengar
pertanyaan ini PRRI yang dipimpin oleh Ridwan, Husni dan Muslim mengurungkan
niatnya agar tidak terjadi pertumpahan darah antara PRRI dan rakyat bangko.
Peristiwa
ini terjadi pada pertengahan oktober tahun 1958.
PENUMPASAN TERHADAP PRRI
Setelah
tentara republik yang berada dibangko mendapat bantuan dari pusat maka tentara
republik bergerak maju lagi dalam usaha penumpasan PRRI beserta ormas-ormasnya.
Rupanya hal ini diketahui oleh PRRI, maka PRRI melarikan diri dari bangko
menuju Dusun Tuo. Pada saat melarikan diri PRRI sempat memaksa 3 (tiga) orang
pemuda yang waktu itu bertugas ronda untuk mengangkut peti peluru ke Bedeng
Rejo dengan berjalan kaki. Ketiga pemuda ini yaitu Hazuaini, Burhan, dan Samsul Hamidi yang ketiganya berasal
dari pulau rengas. Awalnya mereka menolak perintah dari PRRI tersebut, tapi
PRRI mengancam akan membunuhnya bila mereka bertiga tidak mengangkat peti yang
berisi peluru tersebut.
Dengan
perasaan jengkel ketiga pemuda tersebut akhirnya terpaksa membawanya. Setelah tiba
di Simpang Manggis pemuda ini sepakat untuk melarikan diri. Dengan salah satu
dari mereka berpura-pura sakit perut, tentu bila salah satu sakit maka tenaga
untuk mengangkat peti menjadi berkurang. 3 orang yang membawanya saja susah apalagi
hanya 2 orang. Maka disuruhlah Samsul hamidi yang berpura-pura sakit dan tidak
dapat berdiri lagi. Akhirnya Samsul hamidi tergeletak di tanah tak sadarkan
diri.
Melihat
hal ini Ridwan komandan PRRI turun dari atas mobilnya dan menanyakan kepada
Hazuaini apa yang terjadi. Hazuaini menjawab bahwa temannya Samsul hamidi sakit
perut dan tak sadarkan diri lagi. Lalu komandan PRRI tersebut memerintahkan
untuk mengangkat Samsul hamidi ke dalam mobil untuk dibawa ke bangko agar
mendapat pengobatan dengan segera.
Sesampainya
di bangko, Samsul hamidi segera diberi
obat oleh PRRI. Setelah memakan obat samsul hamidi terlihat agak membaik namun
tidak sanggup berdiri sendiri. Burhan dan Hazuaini disuruh membawa Samsul
hamidi kerumah supaya dirawat dengan baik, setibanya di rumah ketiga pemuda ini
langsung melarikan diri ke hutan dan bergabung dengan kaum pengungsi lainnya
yang berada di dalam hutan.
Disamping
memaksa ketiga pemuda tadi, PRRI juga merusak dan menghancurkan pelayangan
(jembatan) yang menghubungkan pulau rengas dengan muara siau. Hal ini
dimaksudkan agar tentara republik tidak dapat menyebrangi sungai merangin dalam
usaha penumpasan PRRI.
Tepat
pada bulan November tentara republik yang berada di Bangko mengadakan
penyerangan ke Pulau Rengas. Penyerangan ini dipimpin oleh Zainuddin Abbas. Penyerangan
ini dilakukan pada jam 3 malam yang mana pada hari itu terang bulan.
Dalam
penyerangan ini tentara republik meninggal 1 (satu) orang karena perahu kecil
yang ditumpanginya tenggelam di sungai merangin. Tenggelamnya perahu tersebut
karena pada saat tentara republik menembak kearah seberang sungai, waktu itu ia
sedang berada di tengah sungai. Karena cahaya bulan yang remang, rumpun sangkil
yang bergoyang dia kira itu adalah musuh. Saat dia menembak perahunya oleng dan
dia pun jatuh ke sungai merangin.
Keesokkan
harinya diutus 2 (dua) orang pemuda yaitu M. Khahar dan Hazuaini untuk membawa
surat pemberitahuan kepada komandannya di kota bangko bahwa 1 (satu) orang
pasukannya telah meninggal dunia.
Kedua
pemuda tersebut berangkat kebangko dengan mengendarai sepeda. Di tengah
perjalanan menuju bangko kedua pemuda ini di hadang oleh tentara republik. Keduanya
lalu ditahan dan diperiksa oleh tentara republik. Ketika kedua pemuda ini
diperiksa mereka lalu menyerahkan surat yang mereka bawa.
Setelah
membaca surat tersebut, tentara republik tertegun dan barulah menulis surat
jalan kemudian diberikan kepada kedua pemuda tersebut. Dalam perjalanan tidak
banyak mendapat rintangan karena di sepanjang jalan telah dikuasai oleh tentara
republik.
PRRI
dapat ditumpas oleh tentara republik, di desa Pulau Tengah, Jangkat. Di desa
ini PRRI menginap di SD pulau tengah, dan tentara pusat telah mengepung SD
tersebut dari segala arah. Pada malam harinya disaat para PRRI sedang tidur di
dalam SD tersebut, PRRI di musnahkan oleh tentara pusat.
Di
desa Pulau Tengah inilah semua Pemberontakan PRRI ditumpas habis berseta
ormas-ormasnya.
Sejarah
Perjuangan Sarko ini bersumber dari tulisan M. Idris
yang
telah melakukan wawancara dengan :
Abas Yusuf
M. Thambi